Tuesday 27 November 2012

Pendakian Gunung Lawu


Pendakian Gn Lawu
“Indahnya mauled nabi di Gunung lawu”
15 Februari 2011

Setelah mendaki Gn merbabu pada 1 jan 2011, aku manjadi semakin rindu untuk menapakan kakiku ke puncak gunung-gunung yang lainya. Gunung lawu adalah gunung tertinggi ke-3 se jawa tengah, gunung yang manjadi batas wilayah jawa tengah dan jawa timur, selain itu gunung  lawu adalah gunung yang paling dekat dengan rumahku, dengan perjalanan sekitar 1 jam, sudah sampai ke basecam pendakian.
Di gunung lawu ada dua jalur pendakian resmi, jalur cemoro kandang (kab. karanganyar, jawa tengah) dan cemoro sewu (kab. magetan, jawa timur). Pendakian kali ini pun sebernarnyaa tidak terlalu terencana. Awalnya aku ingin sekali muncak ke gunung Lawu, tapi teman-teman tidak pada bias, alahamdulillah, masih ada satu temanku yang bias, yaitu fahrudin ali.
Untuk waktunya, kami juga kesulitan, ternyata tepat pada waktu yang kami rencanakan, yaitu tanggal 14 februari 2011 adalah malam 100 hari ibu teman kami, yaitu eko sujianto, yang waktu pendakian ke gunung merbabu kemarin juga ikut. Setelah berbincang-bincang dengan ali, akhirnya kami sepakat berangkat setelah menghadiri acara tahlilan di rumah eko.

Sragen, 14 feb 2011 pukul 22.30 WIB
Setelah pulang dari rumah eko, aku dan ali ke rumahku, di sebuah gubug di PP. Walisongo Sragen. Meskipun aku membawa tas keril, tapi aku hanya mengemasi barang-barang yang seperlunya saja, mengingat ali sudah berkali-kali muncak ke gunung lawu, jadi aku tidak khawatir tersesat atau bingung, target pendakian kami pun juga singkat, besok malam sudah sampai rumah lagi.
23.30 wib
Malam itu udara sangat cerah, angin juga tampar segar, tidak terlalu dingin, dalam hati pun kami yakin bahwa iklim akan cerah dan tidak akan hujan. Kami bersepeda motor berdua, santai dan tidak terlalu buru-buru. Tetapi menjelang memasuki wilayah batu jamus, tiba-tiba gemericik air mengenai helm kami, kami sedikit panic, dan selang beberapa waktu kemudian, bresssss… hujan turun dengan derasnya, kami pun terpaksa menepi ke sebuah emper took yang sempit. Besarnya hembusan angin memaksa kami untuk berbasah-basah ria, apalagi kami tidak membawa jas hujan, hadeh, bener-bener mengenaskan nasib kami. kami pun akhirnya Cuma bias duduk termenung, menanti hujan reda sembari membentengi diri dari hujan dengan menggunakan motor dan tas keril.
Setellah hujan agak reda kami pun melanjutkan perjalanan kami. Meskipun malam masih menjatuhkan grimisnya, hawa dingin juga semakin memasuki pori-pori kuliat kami, kami melajukan motorkami, penuh semangat, seakan ingin menriakan kepada dunia, kami adalah seorang petualang sejati. Kami tersenyum, seakan ingat film kartun ninja hatori yang memiliki soundtrack “lewati gunung, arungi lembah, dst”.

Cemoro Sewu, 15 feb 2011 pukul 2.30 dini hari
Basahnya jalanan menunjukan bahwa, di lereng gunung lawu tadi juga terjadi hujan, pantas saja hawanya dingin sekali, pikirku. Kami pun akhirnya hanya bias menggigil kedinginan di sebuah warung kopi yang ada di seberang jalan jalur pendakian.untung masih ada warung kopi buka jam segitu, kalau tidak ada bias mati kaku di sini.
Kami sengaja memilih jalur pendakian cemoro sewu di karenakan beberapa alasan, alasan pertama, jalur cemoro sewu berupa bebatuan, sehingga tidak akan becek di saaat misim penguhujan seperti ini, kedua, aman bagi pendaki pemula seperti aku ini, karena POS-pos pendakian berupa rumah-rumahan yang permanen, sehingga tidak perlu khawatir jika terjadi hujan.
Setelah dirasa cukup puas dengan kopi hitam hangat dan beberpa batang rokok, kami pun memutuskan untuk mencari tempat penitipan sepeda motor, setelah tahu gelagat kami, bapak penjual kopi akhirnya menawarkan diri, “mau nitipkan motor mas ?”, Tanya bapaknya tadi, dengan segera kami pun menjawab pertanyaan bapak tersebut “inggih pak, kira-kira yang ada sebelah mana ya pak ?”, “dititipin se saya aj mas, kebetulan rumah saya dekat, itu yang ada lampu neon-nya”, jawab bapaknya sembari menunjuk sebuah rumah, akhirnya kami pun menyerahkan motor dan kunci kami pada bapak si penjual kopi tersebut.
03.30
Karena hari masih gelap dan belum memungkinkan melakukan pendakian, akhirnya kami memutuskan untuk tidur dulu sebentar, kebetulan ada bangunan POS yang nyaman di sebelah belakang pintu gerbang pendakian. Dengan beralaskan matras karet dan tas sebagai bantalnya, kami pun tertidur meringkuk menahan dingin.
05.00
Baru tertidur sebentar, kami sudah merasa sulit tidur lagi, dinginya suhu pegunungan seakan sudah menyentuh tulang kami, akhirnya kami pun terbangun untuk melaksanakan shalat shubuh. Setelah shalat kami berkemas untuk memulai pendakian ini, sudah tidak shbar rasanya. J
Hari masih sangat pagi, panjaga pintu gerbang pendakian pun juga belum terlihat, biasanya setiap pendaki akan ditarik uang perawatan sebesar 5 ribu rupiah, tapi karena penjaganya belum dating, berarti gratis nie, kami pun tertawa-tawa dalam hati.
06.00
Setelah semua perlengkapan siap, kami pun berangkat, tidak lupa kami berdo’a terlebih dahulu, semoga pendakian kali ini lancer dan sehat sampai pulang kembali. Amiin
Gunung lawu adalah gunung yang unik, selain ramai dikunjungi dan didaki orang dari dari berbagai daerah, banyak factor lain yang membuat gunung lawu ini special, terutama lewat jalur cemoro sewu, antar lain :
a.       Pos-pos pendakian terbuat permanen, sehingga bias digunakan ntuk tempat berteduh dari hujan, nahkan bias digunakan untuk menginap;
b.   Jalan-jalan sudah berupa bebatuan yang ditata rapi, sehingga para pendaki tidak akan tersesat menuju puncak;
c.       Banyak sekali ditemukan warung makan, terutama di pos sendang drajat dan hargo dalem, sehingga pendaki tidak perlu khawatir kekurangan bekal atau kelaparan,apalagi warung-warung tersebut sudah sangat dekat dengan puncak, tinggal perjalanan 30 menit lagi sudah sampai puncak. Hal ini akan lebih banyak lagi ketika bulan muharram/ suro, kita akan sering bertemu para penjual makanan dan minuman di sepanjang jalur pendakian.
d.   Ada villa di puncak gunung lawu. Mungkin bagi anda yang baru pertama kali mendaki gunung lawu akan terkaget-kaget melihat ada bangunan megah di uncak gunung lawu. Yah itulah villa milik seorang pengusaha kertas dan buku tulis “KIKI”.
Baru berjalan beberapa menit, kepala kami terasa pening sekali, kami beru menyadari kalau kami belum makan sama sekali, bahkan aku baru ingat bahwa aku terakhir makan kemarin siang. Akhirnya setelah sampai di pos bayangan satu, kami putuskan untuk memasak dan makan terlebih dahulu, selain sudah sangat lapar, di belakang pos bayangan ini juga terdapat mata air yang jernih dan segar, sehingga mau masah apapun kami santai saja.
Meskipun hanya masak nasi dan mie goring, pagi itu sarapan terasa nikmat sekali, kami merasa segar kembali. Sambil menyulut rokok, kami beristirahat dan bercerita-cerita sebentar, ali banyak menceritakan pengalamanya mendaki gunung lawu berkali-kali. Tanpa disadari, dengan hawa gunung yang dingin dan sejuk, ditambah perut yang penuh terisi, dan kurang tidur, akhirnya kami merebahkan tubuh kami, sangat nyaman dan nyenyak sekali rasanya, dan kami pun teridur.
“monggo mass”, suara seorang ibu-ibu membangunkan kami, tanpa terasa kami telah tidur hamper satu jam. Aku pun segera menyahut “inggih bu”, “mboten minggah mas ?” Tanya ibunya lagi, “nembe istirahat riyin bu”, jawabku sembari menebak-nebak siapakah gerangan ibu dan bapak yang menyertainya tersebut. Nanti setelah sampai pos satu, kami baru tahu bahwa bapak dan ibu tersebut adalah pemilik warung yang berada di depan pos satu.
08.30
Setelah merasa cukup makan dan istirahat, kami pun segera berkemas untuk melanjutkan pendakian. Hari begitu sejuk dan nyaman waktu itu, kami pun sangat bersemangat melanjutkan pendakian ini. Sekitar 30 menit kami berjalan, akhirnya kami tiba di pos satu, di depan pos tersebut, ada sebuah rumah, tepatnya gubug yang hancur berantakan, kami melihat bapak dan ibu yang menyapa kami sedang menata kayu, si bapak sedang membenarkan tiang-tiang gubug kayu tersebut. Kami merasa sangat kasian dan iba melihat bapak dan ibu tersebut, aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya “kengeng nopo bu, kok saget rubuh ngoten ?”, si ibu menjawab “kenging badai mas”, aku sedikit tercengang, tersadar akan kata-kata temanku yang mendaki gunung lawu beberapa waktu lalu, dia tidak berhasil mencapai puncak, kendalanya adalah cuaca, badai sangat besar dan angin yang tidak menentu, bahkan menurut cerita temanku tadi, jalur pendakian gunung lawu sempat ditutup beberapa hari karena badai dan cuaca yang buruk.
Setelah mengobrol secukupnya, kami pun melanjutkan perjalanan kami, jarak dari pos satu sampai pos dua adalah jarak antar pos yang terjauh. Meskipun jauh perjalanan pagi itu menjadi tidak terasa, pemandangan kanan kiri yang berupa pepohonan cemara, bebatuan di sepanjang jalan dan perbukitan serta segarnya hawa gunung pagi itu membuat kita tidak merasa capai, sungguh indah, kami pun menyempatkan diri berfoto-foto pada sebuah batu legendaries, batu jago, selain bentuknya yang mirip ayam jago, batu ini juga menjulang tinggi, sehingga dengan menaikinya, kami dapat melihat pemandangan yang lebih indah.
Pukul 10an, Kami pun berjalan sambil mengobro l, bercerita, dan bercanda, tanpa terasa kami pun sampai di pos dua, kita pun beristirahat dan minum secukupnya. Cuaca pun berganti, kali ini kabut mulai tebal, sesaat kemudian rintik-rintik air turun, kami pun bergumam, hadeh, semoga saja tidak terus-terusan dan cepat reda. Maklum juga, cuaca di gunung memang tidak bias di duga, dari bawah terlihat cerah pun, belum tentu di gunung juga cerah, selain itu cuaca juga berubah-ubah dengan cepat, setelah cerah bisa saja barubah menjadi mendung dan hujan.
Lima belas menit berlalu, grimis pun mulai reda, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos tiga,apabila kita berjalan terus menerus, tidak sampai satu jam untuk menuju pos tiga ini. Dari pos tiga ke pos empat, atau pos batu kapur, perjalanan kurang lebih sama, hanya saja,karena medan yang lebih curam, dan hi-track membuat kami sering beristirahat, tapi setelah sampai pos batu kapur, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat indah, kita seakan beridiri di atas awan, dengan perbukitan jogolarangan yang menjulang di seberang membuat pemandangan menjadi semakin menawan,kami pun beristirahat dan berfoto-foto dengan penuh kepuasan.

Dari pos batu kapur ini, perjalanan kita sedikit ringan, jalanan tidak lagi curam dan ng-track, malah lebih banyak mendatarnya sampai pos sendang drajat. Inilah salah satu keunikan gunung lawu,  kita dapat menemukan sebuah mata air yang mana airnya selalu terisi sehingga pendaki yang kehabisan air pun bias tenang dan bias memasak sepuasnya.
Konon,sendang drajat ini merupakan peninggalan sunan drajat, salah seorang dari walisongo yang hendak menjemput dan mengislamkan ayah raden patah, raja islam dari kerajaan demak bintoro, yaitu raja majapahit terakhir, raja brawijaya. Di kisahkan setelah kerajaan majapahit mengalami keruntuhan, raja brawijaya beserta dua orang abdi dalemnya mengasingkan diri ke puncak gunung lawu. Kita pun dapat menemukan petilasan di dekat puncak gunung lawu yang terkenal dengan hargo dalem, sebuah tempat yang seperti makam, banyak cerita yang beredar bahwa raja brawijawa “mukso” di tempat ini. Dalam ajaran hindu budha, mukso berarti meninggalkan dunia utuh ruh dan jasadnya,sehingga jasadnya tidak akan ditemukan.
Di sendang drajat kami sedikit bersantai, katika aku mengusulkan untuk memasak, tapi si ali memberi saran kita ke puncak dulu saja, habis dari puncak kita baru makan, minum dan istirahat di warung Mbok Yem,.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke puncak, ternyata jarak dari sendang drajat ke puncak tidak terlalu jauh, cukup perjalanan 30 menit, kami sudah sampai di puncak tertinggi gunung lawu, hargo dumilah, pukul 13.30 siang..
Alahmdulillah.. maha kuasa dan maha besar Allah SWT
Setelah berfoto-foto sepuasnya kami pun turun, kea rah timur, kami hendak makan dulu ke warung kegendaris Mbok Yem.
Di depan tadi sudah kami singgung akan warung ini, memang gunung lawu sangatlah unik, menarik, dan selalu ramai akan pendaki. Bahkan di puncak gunung ini terdapat vila, tempat peribadahan umat hindu, dan beberapa warung yang ada di pos sendang drajat dan hargo dalem, jadi buat teman-teman yang mau mendaki gunung lawu, tidak perlu takut kelaparan atau kehausan. J
Kami pun makan dan istirahat sepuasnya di warung mbok yem, selain jual makanan, di sini juga menyediakan berbagai souvenir dan kenang-kenangan khas gunung lawu.
Sekitar jam 3,kami pun sholat dhuhur dan ashar, jama’ ta’khir qoshar, trus siap-siap untuk pulang. Bagi teman-teman pendaki, jangan lupa tetap shalat ya.. J
Pulang, dari hargo dalem kami berangkat sekitar pukul 03.30, alahamdulillah, perjalanan lancar, dan kami pun sampai di cemoro sewu kembali sekitar pukul 06.30 sore..
Kami pun langsung shalat, memasak kopi, dan membersihkan diri untuk bersiap-siap pulang..
Alhamdulillah, semoga dengan pendakian dan petualangan ini, kami semakin yakin pada kebesaran dan kekuasaanMu ya rabb..
Amiin

Umar PPWH, Senin, 30 januari 2012






No comments:

Post a Comment