Pendakian Gn Lawu
“Indahnya mauled nabi di Gunung lawu”
15 Februari 2011
15 Februari 2011
Setelah mendaki Gn merbabu pada 1
jan 2011, aku manjadi semakin rindu untuk menapakan kakiku ke puncak
gunung-gunung yang lainya. Gunung lawu adalah gunung tertinggi ke-3 se jawa
tengah, gunung yang manjadi batas wilayah jawa tengah dan jawa timur, selain
itu gunung lawu adalah gunung yang
paling dekat dengan rumahku, dengan perjalanan sekitar 1 jam, sudah sampai ke
basecam pendakian.
Di gunung lawu ada dua jalur
pendakian resmi, jalur cemoro kandang (kab. karanganyar, jawa tengah) dan
cemoro sewu (kab. magetan, jawa timur). Pendakian kali ini pun sebernarnyaa
tidak terlalu terencana. Awalnya aku ingin sekali muncak ke gunung Lawu, tapi
teman-teman tidak pada bias, alahamdulillah, masih ada satu temanku yang bias,
yaitu fahrudin ali.
Untuk waktunya, kami juga
kesulitan, ternyata tepat pada waktu yang kami rencanakan, yaitu tanggal 14
februari 2011 adalah malam 100 hari ibu teman kami, yaitu eko sujianto, yang
waktu pendakian ke gunung merbabu kemarin juga ikut. Setelah berbincang-bincang
dengan ali, akhirnya kami sepakat berangkat setelah menghadiri acara tahlilan
di rumah eko.
Sragen, 14 feb 2011 pukul 22.30 WIB
Setelah pulang dari rumah eko,
aku dan ali ke rumahku, di sebuah gubug di PP. Walisongo Sragen. Meskipun aku
membawa tas keril, tapi aku hanya mengemasi barang-barang yang seperlunya saja,
mengingat ali sudah berkali-kali muncak ke gunung lawu, jadi aku tidak khawatir
tersesat atau bingung, target pendakian kami pun juga singkat, besok malam
sudah sampai rumah lagi.
23.30 wib
Malam itu udara sangat cerah,
angin juga tampar segar, tidak terlalu dingin, dalam hati pun kami yakin bahwa
iklim akan cerah dan tidak akan hujan. Kami bersepeda motor berdua, santai dan
tidak terlalu buru-buru. Tetapi menjelang memasuki wilayah batu jamus,
tiba-tiba gemericik air mengenai helm kami, kami sedikit panic, dan selang
beberapa waktu kemudian, bresssss… hujan turun dengan derasnya, kami pun terpaksa
menepi ke sebuah emper took yang sempit. Besarnya hembusan angin memaksa kami
untuk berbasah-basah ria, apalagi kami tidak membawa jas hujan, hadeh,
bener-bener mengenaskan nasib kami. kami pun akhirnya Cuma bias duduk
termenung, menanti hujan reda sembari membentengi diri dari hujan dengan
menggunakan motor dan tas keril.
Setellah hujan agak reda kami pun
melanjutkan perjalanan kami. Meskipun malam masih menjatuhkan grimisnya, hawa
dingin juga semakin memasuki pori-pori kuliat kami, kami melajukan motorkami,
penuh semangat, seakan ingin menriakan kepada dunia, kami adalah seorang
petualang sejati. Kami tersenyum, seakan ingat film kartun ninja hatori yang
memiliki soundtrack “lewati gunung, arungi lembah, dst”.
Cemoro Sewu, 15 feb 2011 pukul 2.30 dini hari
Basahnya jalanan menunjukan
bahwa, di lereng gunung lawu tadi juga terjadi hujan, pantas saja hawanya
dingin sekali, pikirku. Kami pun akhirnya hanya bias menggigil kedinginan di
sebuah warung kopi yang ada di seberang jalan jalur pendakian.untung masih ada
warung kopi buka jam segitu, kalau tidak ada bias mati kaku di sini.
Kami sengaja memilih jalur
pendakian cemoro sewu di karenakan beberapa alasan, alasan pertama, jalur
cemoro sewu berupa bebatuan, sehingga tidak akan becek di saaat misim penguhujan
seperti ini, kedua, aman bagi pendaki pemula seperti aku ini, karena POS-pos
pendakian berupa rumah-rumahan yang permanen, sehingga tidak perlu khawatir
jika terjadi hujan.
Setelah dirasa cukup puas dengan
kopi hitam hangat dan beberpa batang rokok, kami pun memutuskan untuk mencari
tempat penitipan sepeda motor, setelah tahu gelagat kami, bapak penjual kopi
akhirnya menawarkan diri, “mau nitipkan motor mas ?”, Tanya bapaknya tadi,
dengan segera kami pun menjawab pertanyaan bapak tersebut “inggih pak,
kira-kira yang ada sebelah mana ya pak ?”, “dititipin se saya aj mas, kebetulan
rumah saya dekat, itu yang ada lampu neon-nya”, jawab bapaknya sembari menunjuk
sebuah rumah, akhirnya kami pun menyerahkan motor dan kunci kami pada bapak si
penjual kopi tersebut.
03.30
Karena hari masih gelap dan belum
memungkinkan melakukan pendakian, akhirnya kami memutuskan untuk tidur dulu
sebentar, kebetulan ada bangunan POS yang nyaman di sebelah belakang pintu
gerbang pendakian. Dengan beralaskan matras karet dan tas sebagai bantalnya,
kami pun tertidur meringkuk menahan dingin.
05.00
Baru tertidur sebentar, kami
sudah merasa sulit tidur lagi, dinginya suhu pegunungan seakan sudah menyentuh
tulang kami, akhirnya kami pun terbangun untuk melaksanakan shalat shubuh. Setelah
shalat kami berkemas untuk memulai pendakian ini, sudah tidak shbar rasanya. J
Hari masih sangat pagi, panjaga
pintu gerbang pendakian pun juga belum terlihat, biasanya setiap pendaki akan
ditarik uang perawatan sebesar 5 ribu rupiah, tapi karena penjaganya belum
dating, berarti gratis nie, kami pun tertawa-tawa dalam hati.
06.00
Setelah semua perlengkapan siap,
kami pun berangkat, tidak lupa kami berdo’a terlebih dahulu, semoga pendakian
kali ini lancer dan sehat sampai pulang kembali. Amiin
Gunung lawu adalah gunung yang
unik, selain ramai dikunjungi dan didaki orang dari dari berbagai daerah,
banyak factor lain yang membuat gunung lawu ini special, terutama lewat jalur
cemoro sewu, antar lain :
a. Pos-pos pendakian terbuat permanen, sehingga bias digunakan ntuk
tempat berteduh dari hujan, nahkan bias digunakan untuk menginap;
b. Jalan-jalan sudah berupa bebatuan yang ditata rapi, sehingga
para pendaki tidak akan tersesat menuju puncak;
c. Banyak sekali ditemukan warung makan, terutama di pos sendang
drajat dan hargo dalem, sehingga pendaki tidak perlu khawatir kekurangan bekal
atau kelaparan,apalagi warung-warung tersebut sudah sangat dekat dengan puncak,
tinggal perjalanan 30 menit lagi sudah sampai puncak. Hal ini akan lebih banyak
lagi ketika bulan muharram/ suro, kita akan sering bertemu para penjual makanan
dan minuman di sepanjang jalur pendakian.
d. Ada villa di puncak gunung lawu. Mungkin bagi anda yang baru
pertama kali mendaki gunung lawu akan terkaget-kaget melihat ada bangunan megah
di uncak gunung lawu. Yah itulah villa milik seorang pengusaha kertas dan buku
tulis “KIKI”.
Baru berjalan beberapa menit,
kepala kami terasa pening sekali, kami beru menyadari kalau kami belum makan
sama sekali, bahkan aku baru ingat bahwa aku terakhir makan kemarin siang.
Akhirnya setelah sampai di pos bayangan satu, kami putuskan untuk memasak dan
makan terlebih dahulu, selain sudah sangat lapar, di belakang pos bayangan ini
juga terdapat mata air yang jernih dan segar, sehingga mau masah apapun kami
santai saja.
Meskipun hanya masak nasi dan mie
goring, pagi itu sarapan terasa nikmat sekali, kami merasa segar kembali.
Sambil menyulut rokok, kami beristirahat dan bercerita-cerita sebentar, ali
banyak menceritakan pengalamanya mendaki gunung lawu berkali-kali. Tanpa disadari,
dengan hawa gunung yang dingin dan sejuk, ditambah perut yang penuh terisi, dan
kurang tidur, akhirnya kami merebahkan tubuh kami, sangat nyaman dan nyenyak
sekali rasanya, dan kami pun teridur.
“monggo mass”, suara seorang
ibu-ibu membangunkan kami, tanpa terasa kami telah tidur hamper satu jam. Aku
pun segera menyahut “inggih bu”, “mboten minggah mas ?” Tanya ibunya lagi,
“nembe istirahat riyin bu”, jawabku sembari menebak-nebak siapakah gerangan ibu
dan bapak yang menyertainya tersebut. Nanti setelah sampai pos satu, kami baru
tahu bahwa bapak dan ibu tersebut adalah pemilik warung yang berada di depan
pos satu.
08.30
Setelah merasa cukup makan dan
istirahat, kami pun segera berkemas untuk melanjutkan pendakian. Hari begitu
sejuk dan nyaman waktu itu, kami pun sangat bersemangat melanjutkan pendakian
ini. Sekitar 30 menit kami berjalan, akhirnya kami tiba di pos satu, di depan
pos tersebut, ada sebuah rumah, tepatnya gubug yang hancur berantakan, kami
melihat bapak dan ibu yang menyapa kami sedang menata kayu, si bapak sedang
membenarkan tiang-tiang gubug kayu tersebut. Kami merasa sangat kasian dan iba
melihat bapak dan ibu tersebut, aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya
“kengeng nopo bu, kok saget rubuh ngoten ?”, si ibu menjawab “kenging badai
mas”, aku sedikit tercengang, tersadar akan kata-kata temanku yang mendaki
gunung lawu beberapa waktu lalu, dia tidak berhasil mencapai puncak, kendalanya
adalah cuaca, badai sangat besar dan angin yang tidak menentu, bahkan menurut
cerita temanku tadi, jalur pendakian gunung lawu sempat ditutup beberapa hari
karena badai dan cuaca yang buruk.
Setelah mengobrol secukupnya,
kami pun melanjutkan perjalanan kami, jarak dari pos satu sampai pos dua adalah
jarak antar pos yang terjauh. Meskipun jauh perjalanan pagi itu menjadi tidak
terasa, pemandangan kanan kiri yang berupa pepohonan cemara, bebatuan di
sepanjang jalan dan perbukitan serta segarnya hawa gunung pagi itu membuat kita
tidak merasa capai, sungguh indah, kami pun menyempatkan diri berfoto-foto pada
sebuah batu legendaries, batu jago, selain bentuknya yang mirip ayam jago, batu
ini juga menjulang tinggi, sehingga dengan menaikinya, kami dapat melihat
pemandangan yang lebih indah.
Pukul 10an, Kami pun berjalan
sambil mengobro l, bercerita, dan bercanda, tanpa terasa kami pun sampai di pos
dua, kita pun beristirahat dan minum secukupnya. Cuaca pun berganti, kali ini
kabut mulai tebal, sesaat kemudian rintik-rintik air turun, kami pun bergumam,
hadeh, semoga saja tidak terus-terusan dan cepat reda. Maklum juga, cuaca di
gunung memang tidak bias di duga, dari bawah terlihat cerah pun, belum tentu di
gunung juga cerah, selain itu cuaca juga berubah-ubah dengan cepat, setelah
cerah bisa saja barubah menjadi mendung dan hujan.
Lima belas menit berlalu, grimis
pun mulai reda, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos tiga,apabila
kita berjalan terus menerus, tidak sampai satu jam untuk menuju pos tiga ini.
Dari pos tiga ke pos empat, atau pos batu kapur, perjalanan kurang lebih sama,
hanya saja,karena medan yang lebih curam, dan hi-track membuat kami sering
beristirahat, tapi setelah sampai pos batu kapur, kita akan disuguhi
pemandangan yang sangat indah, kita seakan beridiri di atas awan, dengan
perbukitan jogolarangan yang menjulang di seberang membuat pemandangan menjadi
semakin menawan,kami pun beristirahat dan berfoto-foto dengan penuh kepuasan.
Dari pos batu kapur ini,
perjalanan kita sedikit ringan, jalanan tidak lagi curam dan ng-track, malah
lebih banyak mendatarnya sampai pos sendang drajat. Inilah salah satu keunikan
gunung lawu, kita dapat menemukan sebuah
mata air yang mana airnya selalu terisi sehingga pendaki yang kehabisan air pun
bias tenang dan bias memasak sepuasnya.
Konon,sendang drajat ini
merupakan peninggalan sunan drajat, salah seorang dari walisongo yang hendak
menjemput dan mengislamkan ayah raden patah, raja islam dari kerajaan demak
bintoro, yaitu raja majapahit terakhir, raja brawijaya. Di kisahkan setelah
kerajaan majapahit mengalami keruntuhan, raja brawijaya beserta dua orang abdi
dalemnya mengasingkan diri ke puncak gunung lawu. Kita pun dapat menemukan
petilasan di dekat puncak gunung lawu yang terkenal dengan hargo dalem, sebuah
tempat yang seperti makam, banyak cerita yang beredar bahwa raja brawijawa
“mukso” di tempat ini. Dalam ajaran hindu budha, mukso berarti meninggalkan
dunia utuh ruh dan jasadnya,sehingga jasadnya tidak akan ditemukan.
Di sendang drajat kami sedikit
bersantai, katika aku mengusulkan untuk memasak, tapi si ali memberi saran kita
ke puncak dulu saja, habis dari puncak kita baru makan, minum dan istirahat di
warung Mbok Yem,.
Akhirnya kami melanjutkan
perjalanan ke puncak, ternyata jarak dari sendang drajat ke puncak tidak
terlalu jauh, cukup perjalanan 30 menit, kami sudah sampai di puncak tertinggi
gunung lawu, hargo dumilah, pukul 13.30 siang..
Setelah berfoto-foto sepuasnya kami
pun turun, kea rah timur, kami hendak makan dulu ke warung kegendaris Mbok Yem.
Di depan tadi sudah kami singgung
akan warung ini, memang gunung lawu sangatlah unik, menarik, dan selalu ramai
akan pendaki. Bahkan di puncak gunung ini terdapat vila, tempat peribadahan
umat hindu, dan beberapa warung yang ada di pos sendang drajat dan hargo dalem,
jadi buat teman-teman yang mau mendaki gunung lawu, tidak perlu takut kelaparan
atau kehausan. J
Kami pun makan dan istirahat
sepuasnya di warung mbok yem, selain jual makanan, di sini juga menyediakan
berbagai souvenir dan kenang-kenangan khas gunung lawu.
Sekitar jam 3,kami pun sholat
dhuhur dan ashar, jama’ ta’khir qoshar, trus siap-siap untuk pulang. Bagi
teman-teman pendaki, jangan lupa tetap shalat ya.. J
Pulang, dari hargo dalem kami
berangkat sekitar pukul 03.30, alahamdulillah, perjalanan lancar, dan kami pun
sampai di cemoro sewu kembali sekitar pukul 06.30 sore..
Kami pun langsung shalat, memasak
kopi, dan membersihkan diri untuk bersiap-siap pulang..
Alhamdulillah, semoga dengan
pendakian dan petualangan ini, kami semakin yakin pada kebesaran dan
kekuasaanMu ya rabb..
Amiin
Umar PPWH, Senin, 30 januari 2012
No comments:
Post a Comment